Senin, 11 Juli 2016

The Art of Forgiveness


“Forgiveness as human strength, to move on and continue their life”
Pernahkah kita berada pada suatu kondisi dimana untuk beberapa lama membenci seseorang atau bahkan diri sendiri akan suatu hal. Kondisi ini membuat diri kita terpuruk, merasa tidak berguna, sedih, dan menurunkan kepercayaan diri. Kita kemudian mulai mencari cara untuk menyelesaikannya, dan orang-orang disekitar berpendapat bahwa dengan memaafkan, masalah tersebut akan selesai. Kata maaf merupakan kata yang telah kita kenal dan seringkali kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun bagaimana sesungguhnya kata maaf dapat mempengaruhi hidup kita?
Kata “maaf” dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai pembebasan seorang dari hukuman akan suatu kesalahan.  Baskin dan Enright mendefinisikan kata maaf sebagai sebuah keinginan untuk melepaskan kebencian pada pelaku dengan pertimbangan yang tidak adil dan merupakan bentuk kemurahan hati bagi pelaku meskipun mereka memiliki hak untuk tidak diampuni secara moral. Melalui proses memaafkan, tingkah laku pelaku selanjutnya tetap tidak dibenarkan dan saat seseorang memafkan, bukan berarti mereka menyerah pada keadilan. Tindakan memaafkan dilakukan untuk mengurangi marah dan kebencian, di sisi lain meningkatkan pemikiran, perasaan, dan tingkah laku yang lebih positif.
Mengapa memaafkan mendorong emosi positif ? Hal ini dikarenakan dengan memaafkan, seseorang berada pada posisi terkuat dan bekuasa. Konsekuensi yang didapatkan seseorang saat ia memaafkan adalah perasaan bebas dan secara bertahap mereduksi stress, bersamaan dengan peningkatan kesejahteraan psikologis. Memaafkan juga mampu meningkatkan kualitas kehidupan individu menurut beberapa penelitian (Fitzgibbsons, 1998; Temoshok & Wald, 2005). Forgiveness Therapy seringkali digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan dan depresi juga peningkatan kepercayaan diri.
Bagaimana cara memaafkan? Menurut Psychology Today kita terlebih dahulu harus menyadari beberapa miskonsepsi terkait dengan memaafkan, yakni sebagai berikut:
1. Memaafkan tidak berarti mengampuni atau memaklumi kesalahan orang lain
2. Memaafkan tidak berarti harus menyatakan pada pelaku bahwa ia telah dimaafkan
3. Memaafkan tidak berarti kita tidak memiliki perasaan terkait dengan situasi yang telah terjadi
4. Memaafkan tidak berarti melupakan kecelakaan atau permasalahan yang terjadi
5. Memaafkan tidak berarti melanjutkan hidup dengan menyertakan orang tersebut
6. Memaafkan yang terpenting bukan dilakukan demi orang lain tetapi untuk diri kita sendiri.
Apabila kamu sudah siap untuk memaafkan maka beberapa langkah yang dapat dilakukan walaupun memaafkan dirasa tidak mungkin, adalah sebagai berikut:
1. Pikirkan terkait kejadian yang membuat diri merasa marah. Mencoba untuk menerima keadaan tersebut, menerima perasaan marah dan bagaimana reaksi kita terhadap keadaan tersebut. Hal yang harus kita sadari bukan pada bagaimana kita memaafkan, tetapi menyadari realita mengapa hal tersebut terjadi dan pengaruhnya terhadap kehidupan kita.
2. Menyadari dan mengakui pengaruh dari kejadian tersebut terhadap pengalaman selanjutnya. Proses ini akan membantu diri kita bahwa melalui kejadian terburuk itu kita mungkin saja sudah lebih banyak belajar, berkembang dan semakin kuat baik secara mental maupun fisik.
3. Pikirkan orang lain, saat kita menyadari bahwa saat kita terluka sesungguhnya orang lain sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Dengan mencoba menempatkan diri sendiri di kondisi orang lain, kemungkinan besar kita mampu mengetahui kesulitan yang dialami orang tersebut?
4. Terakhir, tentukan apakah kamu akan menyatakan bahwa kamu telah memaafkan mereka. Kita dapat memilih untuk menyatakan kata maaf secara langsung atau tidak. Hal yang dapat kita lakukan misalnya dengan menyatakan “Saya memaafkanmu” dengan lantang saat kita berada di tempat dimana kita nyaman untuk mengungkapkannnya dan menambahkan alasan yang layak diberikan kepada orang tersebut.

Memaafkan memang tidak menghapuskan segala pengalaman buruk dan perasaan sakit yang pernah dialami. Namun sebaliknya, dengan bekerja keras untuk memaafkan kita menunjukkan penghormatan terhadap diri, dan meyakinkan diri bahwa kita berhak untuk memperoleh kebahagian yang sesungguhnya.

Lebih lanjut apabila masih terdapat keraguan dalam memaafkan dapat mengunjungi
https://couragerc.org/wpcontent/uploads/Enright_Process_Forgiveness_1.pdf (untuk mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang akan membantu kita dalam memaafkan)

Daftar Pustaka
Brandt, Andrea. (2014). How Do You Forgive Even When It Feels Impossible? Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/blog/mindful-anger/201409/how-do-you-forgive-even-when-it-feels-impossible-part-1

Griffin, J. (2009). The role of forgiveness in adult learning and education. In M. S. Plakhotnik, S. M. Nielsen, & D. M. Pane (Eds.), Proceedings of the Eighth Annual College of Education & GSN Research Conference (pp. 44-49). Miami: Florida International University. Diunduh dari http://coeweb.fiu.edu/research_conference/

Reed, G. L., & Enright, R. D. (2006). The effects of forgiveness therapy on depression, anxiety, and posttraumatic stress for women after spousal emotional abuse. Journal of consulting and clinical psychology, 74(5), 920. Diunduh dari http://internationalforgiveness.com/files/Spousal-Emotional-Abuse.pdf

Photo from https://id.pinterest.com/source/spoken.ly