Kamis, 18 Agustus 2016

Temple Grandin

Have you ever watched Temple Grandin?

Let me tell the story, how I know about this film. When I'm met the head of special needs school, we talked much about the behavior of children. Every children have their own uniqueness, there are children who like to screaming, knock their head, or get anxiety every time hear loud voices. Those children is children with special needs, they maybe have autism, asperger, cerebral palsy, or other psychological disorder. Then the head of school recommend some movie for me to watch before start the internship in that school. For several years, I have passion with kids and education especially they are with special needs.

Temple Grandin ( http://www.imdb.com/title/tt1278469/)

Temple Grandin born with autistic disorder in 1950, that not yet familiar by society in that era. In early year of life she had difficulty to communicate, her frustration instead by screaming or humming. Temple life with her mother, in this film there's no story about her full family (or maybe I just didn't realize). The story begin when Temple had summer holiday in her aunt house, she look "normal" (like people said) but it's turn different when other people start talk with her. In aunt’s house she interest about animal behavior and how cowboy life. Then, the most important scene when she found that signboard which written her name was missing. She was afraid to open the door, in second her brain become overload with all the imagination and sensitivity from her sensory. She run and run until get into the cattle machine. That machine, help the cow to relax with the feeling of hug. Temple finally found the way to make her relax, she created her own squeeze machine, give her love incapable of receiving from human contact.

Temple Grandin film basically is biography film, give viewer understanding about the hard life of people life with autistic. The family condition and how they survived to grow their kids and become successful person. Temple Grandin showed the world that there's no “impossible”, she managed her own life and graduate on every education level with excellent. Despite many obstacle she met in her life made she down but also win to overcame with it. She even got into man world with her specialty in cattle industry, and created the perception and humane ways to dealing with cattle.

This film will help not only the children with autistic, family, society, also the teacher that the impact of environment can shape the future child. People usually think that autistic children are weird and have their own world, but in other side they actually have passion with one thing and will try hard to mastery that thing. Don’t judge children by their disability because they all have their own uniqueness.



Senin, 15 Agustus 2016

Life is unpredictable or predictable?

Pernah suatu kali kita bertemu dengan seorang teman lama, dan kemudian kita berkata "Wah senang sekali bertemu kamu, ini diluar dugaan saya". Lalu kita mulai berpikir bagaimana kekuatan alam mempertemukan kita. Tetapi apakah benar bahwa hidup tidak dapat diprediksi layaknya pertemuan tadi?

Mari kita coba lebih perdalam elemen-elemen dalam kehidupan kita, kita sebagai pribadi, lingkungan sosial, alam, dan Tuhan atau kekuatan besar yang mencipta. Elemen-elemen tersebut baik secara sadar maupun tidak sadar membentuk pribadi dan persepsi dalam diri manusia. Hal ini menyebabkan manusia semakin kaya akan informasi dalam melakukan proses berpikir atau menyelesaikan permasalahan. Pada beberapa fase dalam kehidupan manusia, mereka selalu berhadapan dengan rahasia dan alasan-alasan dibalik kejadian atau fenomena. Misalkan pada kenyataan bahwa bagaimanapun seorang manusia berusaha untuk mencapai sesuatu, maka ada masa yang disebut dengan kegagalan. Saat kegagalan itu datang pemakluman yang dibuat adalah dengan melihat bahwa hidup tidak pernah kita bisa tebak.

Perjalanan kehidupan tidak dapat diprediksi, khususnya terkait apa yang akan kita temui di masa depan. Manusia hanya mampu mempersiapkan diri, seperti prajurit yang diminta turun ke medan perang. Tidak ada yang dapat memastikan apakah dalam perang tersebut ia selamat dan dapat bertemu istrinya, atau mati terhormat, atau mungkin juga ditawan dan akhirnya ikut dalam tim lawan. Pandangan bahwa kita tidak mampu memprediksi keidupan, menurunkan kecenderungan manusia untuk mencapai suatu tujuan secara ambisius. Kita diminta untuk lebih legowo, berserah, karena kekuatan hidup berada di tangan Tuhan/ kekuatan yang lebih besar.

Misalkan dalam doa yang saya panjatkan tiap malam, "Ya Tuhan saya berharap semoga Engkau melancarkan jalan kesuksesan, dengan memperbolehkan aku diterima di pekerjaan X". Doa yang saya ucapkan spesifik akan apa yang saya harapkan, tidak hanya berhenti di doa namun saya juga berusaha untuk memperolehnya. Hal yang telah dilakukan seperti menyusun cv, cover letter, menyiapkan segala pengalaman dan kegiatan sosial yang segudang untuk mengantarkan doa tersebut menjadi kenyataan. Pada masa mempersiapkan melamar kerja, terdapat pemikiran yang sedikit menggangu saya "Apakah benar saya dapat melewatinya, memang ada beberapa hal yang menurut saya kurang tetapi tidak terlalu besar atau signifikan". Akhirnya, doa itu tidak terwujud, saya ditolak ditempat yang saya inginkan, perjuangan saya sia-sia. Lalu pertanyaan tersebut berlanjut, "Tuhan memiliki rencana yang lebih baik pada saya” pertanyaan tersebut tidak pernah terjawab. Pertanyaan selanjutnya "Saya sudah dapat melihat kegagalan saya, banyak hal yang masih perlu saya persiapkan, kedepannya saya dapat melewatinya”. 

Kedua pernyataan tersebut jelas berbeda, saat manusia dihadapkan pada kegagalan atau masa sulit dalam hidupnya. Pernyataan pertama mendorong manusia untuk berserah, dan percaya bahwa “Do the best and God will do the rest”, meyakinkan kita bahwa setelah melwati masa sulit ini kita memasuki pintu yang lebih baik. Membantu manusia untuk menghilangkan spekulasi atau perhitungan seperti yang terjadi pada pernyataan kedua. Pernyataan kedua menekankan bahwa “Just do the best”, memberikan yang terbaik dan belajar dari kesalah berikutnya memanimalisir kemungkinan mengalami kegagalan. Hidup dipandang sebagai fase planning, monitoring, dan evaluating. Hal ini mendorong manusia terus mencari tahu dan terdorong untuk menemukan dan mengevaluasi kesalahan dalam dirinya, tidak dengan menyerahkan pada Tuhan atau kekuatan yang lebih besar.

Jadi apakah hidup dapat diprediksi atau tidak?

Tidak ada jawaban benar atau salah, seharusnya, atau tidak seharusnya, baik atau buruk. Hal yang penting untuk disadari, kehidupan merupakan perjalanan menemukan dan meninggalkan, mengejar atau terkerjar. Rahasia kehidupan sepenuhnya akan selalu ada, dan tidak menarik apabila kita dapat mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Ketidakpastian dan ketidakmampuan untuk memprediksi kehidupan mengantarkan manusia dalam tahapan bersyukur, berserah, dan tetap berusaha karena tidak ada yang tahu akhirnya seperti apa.

Our unpredictable life are consist with effort and gratitude.